Tuesday 12 January 2010

Tulisan dari Tinta Hatiku

Cinta, karya indah Sang Pencipta
Dimulakan di surga…
Dirasukkan dalam jiwa Adam dan Hawa
Lalu dianak-pinakkan ke setiap jiwa
Dengan kadar yang berbeda…

Suara merdu, untuk didengarkan
Panorama elok, untuk dilihatkan
Sedang cinta sejati, untuk dirasakan
Oleh hati yang murni
Bersih dari nafsu dan berahi....

Cinta tak lain sebuah prasasti
Yang terbangun di pinggir pantai prahara
Satu hal yang membuatnya kokoh berdiri
Ialah keteguhan hati tuk selalu setia..

Entah suka datang menghiasi hari
Atau duka yang menghampiri
Cinta adalah berbagi
Karena sungguh !
Meski disemayamkan dalam dua raga
Sepasang kekasih hanya punya satu hati....

Rendahnya keangkuhan hati
Lambungkan makna cinta hakiki
Laksana lentingan…
Makin panjang ditarik ke kiri
Makin jauh batu terbang ke kanan...

Cinta…
Nama lain dari keteguhan hati
Tuk selalu letakkan hati kekasih diatas
Demi sebuah pelayaran yang diretas
Menuju pulau kebahagiaan

Mutiara Hati

Jangan pernah hadirkan cinta dengan paksa
Karena ia laksana benih tanaman
Hanya akan tumbuh pada tanah pilihan
Maka taburkanlah benih cinta di ladang kesucian jiwa
Lalu siramlah dengan air kasih sayang
Agar tumbuh dan mekar ceria

Kelembutan cinta
Usap jiwa pecinta dari setiap peluh
Seka tetes-tetes kesedihan yang melahirkan keluh
Lalu membawanya ke tempat teduh
Jauh dari bising prahara dan nestapa

Cinta begitu indah hiasi taman hati
Seperti tulip, mawar dan melati
Perindah kebun dengan irama harmoni
Harmoni sukacita, gembira dan bahagia
Yang mengunjungi nurani silih berganti

Takkan pernah meyakinkan
Cinta diungkapkan dengan lisan
Sebab cinta adalah bunga-bunga perasaan
Hanya sikap yang berhak menjelaskan

Disebut cinta…
Jika tangismu lebih keras dari kekasih
Ketika jiwanya diterjang sedih

Cinta merupakan percikan Rahmat dari Sang Pencipta
Dianugerahkan pada setiap insan yang jernih hatinya
Layaknya telaga...
Hingga hati kekasih mampu bercermin diatasnya 

Saturday 2 January 2010

SANG PEMBELAJAR di TAHUN 2010

Langkahku terhenti di negeri sakura…
Ku berdiri menghadang terpaan sinar sang surya pagi, mataku berkaca melindungi bola mataku dari panasnya sinar surya , sesekali ku kedipkan mataku tak tahan menahan panas. Ku tundukkan kepalaku, sepoi angin di awal musim dingin menerpa sekujur tubuhku. Aliran darahku terasa berhenti, jemari kaki dan tanganku kaku dan sakit tersengat rasa dingin di negeri sakura. Dedaunan mulai berguguran, pohon sakurapun tinggal batangnya, matahri mulai meninggi. Kusandarkan tubuh ini sembari meneguk mocha teh asli negri sakura, aromanya begitu khas terasa mengaliri tenggorokanku dan rasa hangatnya terhenti di dada. Di sini aku mengulang ingatanku akan dimasa kecilku, aku dilahirkan di sebuah tempat yang amat terpencil dari jangkauan orang-orang sebagian di negriku,

Di tengah malam yang buta, aku terbangun dari tidurku, malam ini adalah malam yang tepat untuk melaut mencari kerang untuk di jual dan sebagiannya untuk dimakan, aku mengambil peralatanku, kuberlari turun dari rumah, dan mengejar rombongan pelaut lainnya, di malam yang masih gelap gulita, aku berlari di jalan setapak yang masih berbatu, sesekali kakiku tersandung tak kuhiraukan. Kuberlari sekencang mungkin sambil berteriak memanggil rombongan itu, dari kejauhan terdengar sahutan, aku mendekati dan akhirnya aku sampai dan bergabung dengan rombongan yang lainnya, perjalanannya cukup jauh dan melelahkan, angin semilir menusuk tubuh kecilku, sambil menuruni tebing, kulilit sarungku di leher dan kami mulai menyebrangi sungai yang terkenal ada buayanya. Aku mempercepat dan berenang masuk di antara rombongan yang lain, heheh..takkuuttt!!!

Sensor cerita, akhirnya aku dan bersama rombongan yang lain di pinggir laut, satu persatu mulai memasuki laut, dinginnya air laut tak menyurutkan niatku,

Tak terasa sang fajar pagi mulai menyapa kami dengan cahaya indahnya dari arah timur mengintip di antara gunung, tapi hasil lautku belum terlalu banyak, sudah berapa kali aku menyelam ke dasar laut mengais Lumpur di dasar laut mencari kerang. Hari semakin panas, matahari mulai tinggi, aku pun beristiraht bersama pencari kerang lainnya, aku duduk di samping pak tua, umurnya sekitar 60an tapi masih kuat untuk menyelam dan mencari kerang, karena dengan salah satu cara ini, kami bertahan untuk hidup. Sambil membuka bekal nasi yang aku bawa dari rumah, tiba-tiba aku diajak ngobrol sama pak tua itu,
“nak…kenapa gak sekolah?” pak tua bertanya.
“hari ini hari minggu pak, jadi sekolah diliburkan”jawabku.
Kamipun makan dengan bekal masing-masing, aku makan dengan lahap sekali, nasiku ditemani beberapa ekor ikan teri yang disisakan bapakku untuk bekalnya di sawah. Walaupun lauknya sederhana, tapi terasa nikmat sekali. Kemudian pak tua tadi melanjutkan pembicaraanya.
“nak, setelah selesai sekolah kamu ingin jadi apa?”tanyanya.
“aku ingin seperti bapak, pintar melaut, dan kuat menyelam”sahutku
Sambil tertawa dan memegang pundakku dia berkata
“nak, kalau mau jadi seperti bapak, gak usah sekolah tinggi-tinggi, bahkan tanpa sekolah sekalipun kamu bisa seperti bapak, asal kamu terbiasa dengan apa yang seperti bapak lakukan” suaranya terhenti karena ada sesuatu yang nyelip di antara giginya, dan aku perhatikan, beberapa giginya udah gugur menjalankn tugasnya untuk mengunyah, kemudian ia melanjutkan.
“nak…justru orang tuamu menyekolahkan kamu agar tidak seperti kami, dan jauh lebih baik, tanpa harus ke sawah dan ke laut”
Aku terdiam dan otakku mulai loading, dengan kalimat bodoh aku bertanya kepada pak tua itu.
“pak, setelah sekolah saya akan menjadi apa?”tanyaku…
“wkwkwk…apapun yang kamu inginkan ada dalam pkiran kamu” jawabnya sambil tertawa, giginya terlihat lucu karena tidak bertetangga.heheh..!!!
“aku pengen jadi orang yang di banggakan orang tua dan membahagiakan mereka pak, tapi sampai sekarang aku masih begini” sahutku sambil tertunduk
“nak,..memang itu yang di harapkan orang tua, tapi semuanya butuh waktu dan proses, apapun yang kamu jalanin sekarang itu adalah bagian dari proses”kata pak tua..
Tak terasa makanan pun habis dan kurebahkan badanku di atas dedaunan kering di tepi rawa. Pak tua menghampiriku, sembari menggulung daun rotan berisi segumpal tembakau kering untuk di jadikan rokok dan berkata padaku.
“nak,…jikalau sudah besar, cobalah tengok kampong disebelah gunung sana, mungkin kamu akan bisa menemukan dan mendapat apa yang kamu cita-citakan” sambil menunjuk gunung yang jauh dan tinggi di sana. Aku langsung terbangun, dan berkata
“aku udah pernah ke sana pak, tapi tidak ada apa-apa, yang ada hanya laut yang terhampar luas tidak bertepi” kataku
“nak…kalau ingin mendapatkan madu, maka carilah disarangnya, jangan sekali-kali untuk menangkap lebahnya untuk kau dapatkan madunya, kalau tidak, kamu akan tersengat dengan rasa yang teramat sakit” kata pak tua.
Aku berpikir sejenak, dan kembali bertanya…
“aku gak ngerti pak” tanyaku
“carilah ilmunya dulu agar kamu bisa mendapatkan apa yang kamu citakan, karena itu adalah sumber dari segalanya”jawabnya.
Aku mengangguk walau sedikit belum paham apa yang di maksud pak tua.
Kemudian pak tua melanjutkan.
“kerjakan dulu apa tugasmu sebagai anak, biar orang tua yang mencarikan nafkah untuk kamu, mulai besok aku tidak mau melihat kamu melaut seperti ini lagi” katanya sambil menghisap rokoknya dan terlihat kepulan asap menutupi wajahnya.

Sensor waktu, tak terasa aku sudah beranjak dewasa dan dapat menyelesaikan sekolah menengah atas sampai selesai, dengan bekal restu orang tua serta iman di dada, ku melangkah meninggalkan kampung tercinta, ku ingin membuktikan kata pak tua ada apa diseberang sana. Laut ku sebrangi,pulau-pulau ku lewati, hari berganti hari, tahun silih bertambah, aroma kampungku tak tercium lagi,tapi aku belum dapat dan menemukan sumber yang pak tua pernah ucapkan dulu, tapi telapak kakiku terasa masih ingin mengajakku menapaki bumi ini untuk mencari sumber itu….

Hari ini tanggal 1 januari 2010, aku hentikan kakiku sementara, tepat diatas negeri sakura, aku berdiri menghadap kiblat, sembari mengangkat kedua telapak tanganku, memohon kepada Rabbku sang Maha Pemilik sumber segala-galanya…

Ya Rabb…berikan kesempatan umur hamba-Mu ini untuk meraih anugerah Ilmu yang Engkau miliki.